Sejarah telah mencatat bahwa kota Kudus merupakan cikal lahirnya Kretek, rokok khas Indonesia yang berpuluh tahun kemudian begitu ditakuti oleh perusahaan perusahaan asing yang memproduksi rokok putihan. Karena kretek menjadi pesaing utama rokok putih di pasar rokok dunia. Orang luar negeri menyukai kretek karena rasa dan aromanya yg khas.
Kudus sendiri mendapat julukan sebagai kota kretek karena awal mula rokok kretek dibuat oleh warga asli Kudus bernama H. Djamhari pada akhir abad 19. Dikisahkan, H. Djamhari merasa dadanya sesak lalu naluri alamiahnya sebagai orang yang merasa sakit karena dadanya sesak, dia berinisiatif mengoleskan minyak cengkeh ke dadanya. Ajaib! Sesak di dadanya sedikit reda. Lalu dia bereksperimen lagi mencampur rajangan cengkeh dengan cara ditaburi di atas rajangan tembakau dan dilinting dengan kulit jagung kering dan diikat benang. Jadilah lintingan tembakau bertabur cengkeh itu dia bakar dan diisap. Usai mengisap lintingan tembakau dan cengkeh itu dadanya benar benar ringan. Sesaknya reda, bisa dikatakan sembuh.
Berita eksperimennya melinting tembakau dengan cengkeh itu, tersebar ke seluruh masyarakat Kudus. Para lelaki warga Kudus kemudian ramai ramai mencoba lintingan tembakau dicampur cengkeh. Saat disulut korek api, lintingan yg diisap itu mengeluarkan suara kretek kretek kretek yg dihasilkan dari rajangan cengkeh yg terbakar dan diisap.
Sejak beredarnya kabar orang mengisap lintingan tembakau dan cengkeh sembuh dari sesak dada itulah muncul nama kretek, cikal bakal rokok kretek saat ini.
Sejak itu hingga berpuluh tahun kemudian muncul pabrik rokok kretek yang membikin lintingan tembakau dicampur cengkeh yg disebut rokok kretek.
Dan Kudus, yang kemudian mendapat julukan sebagai Kota Kretek merupakan penghasil rokok kretek terbanyak di seluruh Indonesia. Mulai dari pabrikan kecil hingga pabrikan mazhab besar, ada di kota Kudus. Secara berkala, hampir setiap saat ada saja produk-produk baru brand rokok kretek meluncur di pasaran. Termasuk rokok kretek yang akan kita bahas kali ini; Jazy Kretek.
Ini varian SKT dari Jazy, Lur. Produk rokok kretek dari Kudus ini sudah meluncur di beberapa daerah seperti
Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Sukabumi, Bogor, dan Tangerang. Sementara untuk wilayah DKI baru ada di Jakarta Timur. Sedangkan area Jawa Tengah baru tersedia di Purwokerto. Jogja belum ada.
Roki aja dapat Jazy Kretek karena titip teman yg kuliah di Jogja tapi asalnya dari Purwokerto. Dia kirimkan foto sambil bilang, “udah pernah belum?”
Roki jawab: “Belum. Titip ya oleh oleh.”
Saat dia balik ke Jogja bawa rokok Jazy Kretek dari Kudus ini ke rumah kontrakan Roki.
Desain Jazy Kretek berwarna dasar hijau muda. Komposisi desainnya hanya memainkan font huruf J berwarna merah yg diletakkan pada bagian bawah kanan tampak muka kemasannya.
Sedangkan di atas huruf J warna merah itu ada tulisan Jazy berwarna hitam dan bawahnya tulisan Kretek pada balok warna warna merah. Desainnya sih sederhana banget. Khas desain rokok SKT golongan tiga.
Saat kemasannya dibuka, aroma batangannya harum kayak harum kembang. Enak. Gak bikin eneg. Aroma batangannya beraroma khas.
Tarikannya mantap. Rasanya sepet dan agak pedas. Juga krasa hangat. Aftertastenya berasa langu kayak ada rasa tembakau muda. Saat asapnya diembuskan krasa banget rasa sepet yg beraroma langu tadi. Biar krasa nikmat coba pake dorongan kopi, Lur. Roki sambil ngopi abis nih sebatang.
Masih rekomended sih, Lur. Untuk SKT golongan 3 dengan harga 8000. HJE di pita cukainya 7275. Ukurannya hampir sama dengan rokok harian Roki, Djarcok Xtra.