Indonesia memang dikenal sebagai produsen rokok kretek karena menjadi penguasa di negerinya sendiri. Saking terkenalnya, perusahaan2 luar negeri melakukan propaganda agar bisa menguasai pasar rokok Indonesia.
Orang luar mungkin lupa sejarah atau gak mautahu, bahwa sebenarnya sejak jaman kolonial Indonesia juga udah jadi produsen tembakau cerutu kelas dunia, Lur. Bahkan pernah merajai balai lelang tembakau cerutu di Bremen, Jerman. Kalo mereka tahu, jangan2 tembakau cerutu juga bakal dikuasai dengan melakukan kampanye menjelek-jelekkan tembakau itu.
Sejak Deli meredup sebagai penghasil tembakau cerutu, saat ini Jember yang masih tetap bertahan merawat dan menjaga perkebunan tembakau cerutu di Indonesia. Bahkan pada tahun 2017, Jember pernah mengekspor tembakau cerutu senilai Rp1,5 triliun. Produksinya per tahun mencapai 8 ribu – 9 ribu ton per tahun.
Jember harus hati2 nih. Ntar kayak rokok kretek, digempur habis2an sama kampanye antirokok. Ujung2nya saham perusahaan rokok Indonesia dibeli sama perusahaan rokok asing.
Tembakau cerutu tembakau Na-oogst dari Besuki terutama Jember, selain dipakai untuk pengisi cerutu, juga sangat bagus untuk pembungkus dalam cerutu, dan pembungkus luar cerutu.
Kampanye antirokok yang diteriakkan di seluruh dunia gak bakal mempengaruhi komoditas tembakau Na-oogst karena pasarnya justru penikmat cerutu dari Eropa seperti Jerman, Denmark, Italia, Polandia, dan Swiss. Sedangkan pasar Asia ada di China dan Singapura.
Total kebun Na-oogst di Jember seluas 11 ribu hektar. Komoditi ini sampai sekarang masih menghidupi petani dan ribuan buruh di Jember. Komoditi ini juga menyumbang PAD sebesar 35℅. Begitu pentingnya tembakau bagi warga Jember karena hampir 70℅ warganya tergantung pada tembakau Na-oogst. Sehingga lambang Kabupaten dan Universitas di Jember adalah daun tembakau.
Salam lestari, Jember. Karena di balik kampanye antirokok ada perusahaan asing yang akan menguasai komoditi Indonesia.